Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Cerita Batu Siungkap-ungkapon di Humbahas

Minggu, 07 Februari 2021, 20.17 WIB Last Updated 2021-02-07T13:17:33Z



A. TRADISI

01. Di Desa Tipang, ada sebuah peninggalan sejarah yang disebut "Batu Siungkap-ungkapon".

02. Pada masanya, ia memiliki peran penting dalam sistem pertanian Tipang sebagai salah satu produk "local genius" leluhur. 

03. Hingga tulisan ini diturunkan, penulis belum mendapat informasi mengenai siapa pembuat dan bagaimana proses pembuatan Batu Siungkap-ungkapon. 

04. Namun diduga kuat, sejarah Batu Siungkap-ungkapon paralel dengan sejarah Desa Tipang.

05. Makna terminologis, Batu Siungkap-ungkapon berarti "Batu Perantara Leluhur dan Manusia yang Berfungsi dengan Cara Disingkapkan".

06. Dalam bahasa Toba, "ungkap" berarti "singkap atau buka".

07. Bentuk Batu Siungkap-ungkapon menyerupai sebuah kerucut (sekitar 30 cm kuadrat). 

08. Ia tergeletak di atas tanah, posisi telungkup dengan bagian bawah yang datar.

09. Dalam fungsinya, Batu Siungkap-ungkapon merupakan tanggung jawab seorang Parbaringin.

10. Di Tipang, Parbaringin adalah seseorang yang dipertuakan sebagai pemimpin pertanian. 

11. Parbaringin ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu oleh masyarakat melalui BIUS. 

12. Kualifikasi dasar seorang Parbaringin identik dengan kecakapan bertani. 

13. Merupakan sebuah nilai tersendiri, jika seorang Parbaringin memiliki kelebihan seperti kemampuan membaca iklim, menafsir waktu, menentukan mata angin, bahkan berkomunikasi dengan dimensi lain. 

14. Perlu diketahui, Batu Siungkap-ungkapon tidak hanya ada di Tipang. Salah satunya ada di Lembah Bakara. 

15. Hal ini dikarenakan Lembah Tipang dan Bakara memiliki kesamaan dalam pertanian dan irigasi. 

16. Irigasi pertanian Tipang disebut Halian Aek, yang diurus oleh Sihali Aek. 

17. Irigasi pertanian di Bakara dan tempat lain disebut Bondar, yang diurus oleh Raja Bondar. 

18. Sebelum kehadiran agama, masyarakat menunggu petunjuk dari leluhur tentang jenis padi yang akan disemaikan. 

19. Pada hari yang ditentukan, Parbaringin melaksanakan ritual "mangungkap batu".

20. Pelaksanaan ritual tersebut berlangsung di sebuah tempat yang sudah ditunjuk, bernama  Toguan. 

21. Toguan terletak di Sitedak, lebih tepatnya ladang marga Hutasoit. Dalam wilayah bekas Huta Tua Toga Sihombing. 

22. Dalam ritual tersebut, Parbaringin memohon petunjuk kepada leluhur akan jenis padi yang akan disemaikan. 

23. Ritual tersebut disertai sesajian dan doa-doa yang hanya dipahamai oleh Parbaringin. 

24. Seusai ritual, Parbaringin menyingkap batu perantara tersebut dan "membaca" pesan yang tampil di sana. 

25. Pesan tersebut berupa telur semut. 

26. Jika telur semut berwarna merah, diartikan sebagai waktunya semai beras merah.

27. Dan jika telur semut berwarna putih, diartikan sebagai waktunya semai beras putih.

28. Parbaringin kemudian memberitahukan  pesan tersebut kepada masyarakat melalui  turpuk tiap marga. 

29. Tiap turpuk marga menyampaikan informasi ke parjabu-jabu (masing-masing rumah tangga). 

30. Parjabu-jabu menyemaikan benih (mangengge boni) sesuai pesan. 

31. Itulah alasannya kenapa hingga saat ini, pertanian di Tipang selalu dilaksanakan secara serentak. 

B. PASCA TRADISI

32. Hari ini, eksistensi Parbaringin telah digeser oleh kehadiran agama dan pendidikan yang datang satu paket. 

33. Sejak kehadiran agama dan pendidikan, masyarakat perlahan-lahan meninggalkan tradisi "mangungkap batu".

34. Hal ini dikarenakan, Parbaringin identik dengan Malim, keyakinan aseli suku Batak, bertentangan dengan ajaran agama baru mereka, Kristen. 

35. Hari ini, sepenuhnya proses penentuan benih padi Batu Siungkap-ungkapon, digantikan oleh Ilmu Pengetahuan yang berpedoman pada sains. 

36. Dalam satu dekade terakhir, beberapa pemerhati budaya dan akademisi pernah menggelar sebuah acara semacam rekonstruksi proses Mangungkap Batu bersama BIUS, untuk mencoba menggali nilai-nilai positif di balik ritual tersebut dan mencoba menghidupkan ritual itu kembali. 

37. Namun dengan tegas, masyarakat dan BIUS Tipang sepakat tidak akan kembali lagi era itu. Sehubungan dengan keyakinan yang kita anut sekarang dan sains yang telah terbukti juga mampu membantu banyak pekerjaan manusia. 

38. Meskipun tradisi Mangungkap Batu telah ditiadakan, ada satu keunikan Desa Tipang,  mereka yang pernah membandingkan kualitas beras di beberapa daerah di Sumut mengklaim bahwa beras merah Tipang adalah yang terbaik.

39. Hal ini perlu pembuktian lebih lanjut, sebab jika benar demikian, hal tersebut tentu menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi masyarakat Tipang.

40. Namun memang, dari segi geografis, hal tersebut bisa saja betul, mengingat Desa Tipang merupakan salah satu kawasan geosite kaldera Toba. 

41. Tentunya status ini disematkan oleh ahli di bidang terkait setelah beberapa kondisi-kondisi yang ada, memenuhi. 

42. Sungai Sipultak Hoda dari Uludarat, membawa humus dan lumpur yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh subur. 

43. Air yang mengalir ke Tipang, telah melintasi berbagai medan, kaya akan kandungan mineral, memungkinkan beras Tipang lebih "porhis" atau "pulen" atau bernas. 

44. Ditambah lagi dengan tradisi Sihali Aek yang tetap dilaksanakan hingga hari ini, semangat gotong royong Manghali Aek seperti aliran sungai Sipultak Hoda yang mengairi Desa Tipang sepanjang tahun, memungkinkan masyarakat Tipang bertani tanpa jeda.

Horas...

Tulisan Oleh : Gomgom Lumbantoruan 


(Adi ST/Tim)
Komentar

Tampilkan

  • Cerita Batu Siungkap-ungkapon di Humbahas
  • 0

Terkini